Selamat datang di blog-ku..sugeng rawuh sugeng midangetaken..blog ini berisi semua yang menjadi hobiku..

Minggu, 30 Oktober 2011

Jenis-jenis snakehead ( ikan gabus/ kutuk )

Ikan gabus adalah sejenis ikan buas/ predator yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah: aruan, haruan , kocolan, bogo, bayong,licingan, kutuk, kabos dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan snakehead, karena memiliki kepala mirip ular. Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok. Selain di konsumsi, ikan ini juga banyak dipelihara di aquarium/ kolam oleh para hobiis ikan.
Gabus dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut.

Jenis-jenis ikan gabus (snakehead) :

Channa amphibeus

Channa argus argus
Channa argus warpachowski
 Channa asiatica

Channa aurantimaculata

Channa bankanensis

 
Channa baramensis

Channa barca

Channa bleheri

Channa burmanica

Channa cyanospilos

Channa diplogramma

Channa gachua

Channa harcourtbutleri

Channa lucius

Channa maculata

Channa marulioides

Channa marulius

Channa melanopterus

Channa melasoma

Channa micropeltes

Channa nox

Channa orientalis

Channa ornatipinnis

Channa panaw

Channa pleurophthalma

Channa pulchra

Channa punctata

Channa stewartii

Channa striata

Parachanna africana

Parachanna insignis

Parachanna obscura

Selain itu ada jenis snakehead/ gabus albino :



Nama ilmiah
Nama umum              
Penyebaran
Panjang max.
Channa amphibeus
Borna snakehead
Asia
25 cm
Channa argus argus
Northern snakehead
Asia
85 cm
Channa argus warpachowskii

Asia
80 cm
Channa asiatica
Chinesse snakehead
Asia
34 cm
Channa aurantimaculata
Orange spotted snakehead
Asia
40 cm
Channa bankanensis
Bangka snakehead
Asia
14 cm
Channa baramensis
Baram snakehead
Asia
22 cm
Channa barca
Barca snakehead
Asia
90 cm
Channa bleheri
Rainbow snakehead
Asia
20 cm
Channa burmanica
Burmese snakehead
Asia
106 cm
Channa cyanospilos
Bluespotted Snakehead
Asia
20 cm
Channa diplogramma
Malabar snakehead
Asia
60 cm
Channa gachua
Kotes, Dwarf snakehead
Asia
20 cm
Channa harcourtbutleri
Inle Snakehead
Asia
16 cm
Channa lucius
Splendid Snakehead
Asia
40 cm
Channa maculata
Blotched Snakehead
Asia
33 cm
Channa marulioides
Emperor Snakehead
Asia
65 cm
Channa marulius
Great snakehead
Asia
180 cm
Channa melanopterus
Blackfinned Snakehead
Asia
65 cm
Channa melasoma
Black snakehead
Asia
30 cm
Channa micropeltes
Toman, Haruan, Giant snakehead
Asia
150 cm
Channa nox
Night Snakehead
Asia
20 cm
Channa orientalis
Green snakehead
Asia
20 cm
Channa ornatipinnis

Asia
20,5 cm
Channa panaw
Panaw Snakehead
Asia
17 cm
Channa pleurophthalma
Selendang mayang
Asia
40 cm
Channa pulchra

Asia
16 cm
Channa punctata
Spotted Snakehead
Asia
30 cm
Channa stewartii
Golden Snakehead
Asia
25 cm
Channa striata
Kutuk, Common snakehead
Asia
100 cm
Parachanna africana
Niger snakehead
Afrika
32 cm
Parachanna insignis

Afrika
41 cm
Parachanna obscura
African snakehead
Afrika
50 cm

gabus kerdil alias kotes a.k.a channa gachua

Kemarin2 bapakku dapat kiriman ikan dari anak buahnya...lumayan nih makan pake ikan hehe
Ehh sewaktu dibuka tuh kirimannya ternyata didalamnya masih ada yang bergerak, setelah dibuka di dalamnya ada ikan yang masih hidup...ooow ternyata ikan gabus/kutuk ternyata.
Pikir2 daripada digoreng mending aku piara aja nih ikan sebagai koleksi baruku (pikirku-red). Lagian ku suka liat motifnya, langsung deh aku masukkin ke dalam aquarium..ternyata keren juga gabus sawah yang satu ini kalau dipiara di aquarium hahaha...tiap hari aku kasih makan jangkrik, rakus juga tuh gabus.
Penampakan ikan gabus kerdilku (channa gachua) :










Dwarf snakehead (Channa gachua) berasal dari kawasan Asia bagian selatan dari Pakistan sampai Indonesia yang juga dikenal dengan Brown snakehead. Channa gachua memiliki panjang maksimum 25 cm dan di aquarium maksimal 15 cm, oleh karena itu ikan ini dianggap sebagai channa terkecil. Tubuh Channa gachua berbentuk silinder keabu-abuan dengan sirip berwarna biru dan orange. Channa gachua memiliki sirip perut, hal inilah yang membedakannya dengan jenisnya dari Sri langka Channa orientalis yang tidak mempunyai sirip perut. Ikan jantan memiliki warna sirip punggung, perut dan ekor yang lebih menarik dibanding betina, selain itu juga kadang betina memiliki perut yang lebih besar.
 
Channa gachua merupakan ikan karnivora dengan memakan makanan hidup seperti cacing, ikan kecil, serangga dan makanan komersil lainnya (kecuali makanan kering). Ikan ini hidup pada kondisi air dengan pH 6 – 7 dan suhu 22 – 260C. Dalam reproduksi, Channa gachua merupakan tipe Mouthbrooder atau mengerami telur di mulut. Parameter air tidak terlalu diperhitungkan saat breeding ikan ini. Ikan ini kawin dalam beberapa fase seperti umumnya golongan Anabantoid yakni pasangan akan saling melilit (berpelukan) selama pelepasan telur dan pembuahan. Telur – telur tersebut akan menuju permukaan air dan pejantan akan menaruhnya didalam mulutnya untuk beberapa hari. Setelah 3 hari, anakan ikan di lepas dari mulut pejantan dan kedua orang tua akan menjaga di sekitar anakan ikan tersebut. Induk betina akan memberi makan anakan ikan tersebut dengan telur – telur yang tidak menetas. Hal ini merupakan salah satu strategi induk agar anaknya selalu kecukupan nutrisi disaat air sangat kekurangan nutrisi. Ikan ini merupakan ikan yang kuat karena dapat bertahan pada air yang mengalami perubahan suhu atau keasaman cukup tinggi. Selain itu, ikan ini adalah pelompat di atas permukaan air, jadi untuk pemeliharaan di aquarium, aquarium perlu diberi tutup.
TAKSONOMI
Kingdom
Animalia
Phylum
Chordata
Class
Order
Family
genus
Species
Channa gachua



 

Selasa, 25 Oktober 2011

Bahasa Jawa Banyumasan ( Ngapak )

Bahasa Jawa Banyumasan ( Ngapak )



Dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak. Ngapak adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi).
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan.
Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.
Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak).
Secara geografis, wilayah Banten utara dan Cirebon-Indramayu memang berada di luar wilayah berbudaya Banyumasan tetapi menurut budayawan Cirebon TD Sudjana, logat bahasanya memang terdengar sangat mirip dengan bahasa Banyumasan. Hal ini menarik untuk dikaji secara historis.
Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan 'sego' (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan 'sega'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf 'k' yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.

Sejarah

Menurut para pakar bahasa, sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
  • Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
  • Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
  • Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
  • Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa modern.
    (Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal)
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di wilayah Banyumasan. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah bandhekan untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa wetanan (timur).
Menurut M. Koderi (salah seorang pakar budaya & bahasa Banyumasan), kata bandhek secara morfologis berasal dari kata gandhek yang berarti pesuruh (orang suruhan/yang diperintah), maksudnya orang suruhan Raja yang diutus ke wilayah Banyumasan. Para pesuruh ini tentu menggunakan gaya bahasa Jawa standar (Surakarta / Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Banyumasan.

Rumpun Bahasa Jawa Bagian Barat

Terdapat 4 sub-dialek utama dalam Bahasa Banyumasan, yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.
Wilayah Utara
Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.
Wilayah Selatan
Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja-Klampok, Kebumen serta Gombong.
Cirebon - Indramayu
Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam propinsi Jawa Barat.
Banten Utara
Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif termasuk dalam propinsi Banten.
Selain itu terdapat beberapa sub-sub dialek dalam bahasa Banyumasan, antara lain sub dialek Bumiayu dan lain-lain.

Kosakata

Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik.

Banten Utara Cirebonan & Dermayon Banyumasan Tegal, Brebes Pemalang Solo/Jogja Indonesia
kita kita/reang/ingsun/isun inyong/nyong inyong/nyong nyong aku aku/saya
sire sira rika koen koe kowe kamu
pisan pisan banget nemen/temen nemen/temen/teo tenan sangat
keprimen kepriben/kepriwe kepriwe kepriben/priben/pribe keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe piye/kepriye bagaimana
ore ora/beli ora ora/belih ora/beleh ora tidak
manjing manjing mlebu manjing/mlebu manjing/mlebu mlebu masuk
arep arep/pan arep pan pan/pen/ape/pak arep akan

Perbandingan kosakata Banyumasan dengan bahasa Jawa baku

  • Inyong >>> aku (bandingkan dengan bahasa Jawa Kuna ingwang dan Jawa Pertengahan ingong)
  • Gandhul >>> pepaya
  • Rika >>> kamu
Dialek Banyumasan Jawa baku Indonesia
batir kanca teman
bangkong kodok katak
bengel mumet mumet
bodhol rusak rusak
brug kreteg jembatan
bringsang sumuk panas
gering kuru kurus
londhog alon pelan
dhongé/dhongané kudune harusnya
egin isih masih
gableg duwé punya
getul tekan datang
gigal tiba jatuh
gili dalan jalan
gujih rewel rewel
jagong lungguh duduk
kiyé iki ini
kuwé iku itu
letek asin asin
maen apik baik
maregi nyebeli buruk







sumber : id.wikipedia.org






























































Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops